Rabu, 14 Agustus 2013

MITOS BATU CERMIN DAN BATU PENIS DI LABUAN BAJO FLORES


MITOS BATU CERMIN
DAN BATU PENIS DI LABUAN BAJO

Every place has its own narration and history. Setiap tempat itu punya narasi dan sejarahnya sendiri. Narasi itu bikin suatu tempat itu menarik. Begitu juga dengan BATU CERMIN (Mirror Stone) di Labuan Bajo, Manggarai Barat, Flores, NTT.

Pernahkah Anda berkunjung ke Batu Cermin itu? Jika Anda pernah ke sana, Anda tentu pernah masuk ke dalam gua batu itu, melewati suatu (hall) dalam gua, melewati lorong sempit yang gelap menuju tempat yang disebut sebagai Batu Cermin. Ketika Anda berdiri di antara dua dinding batu yang berhadapan dan melihat ke atas, Anda akan melihat lobang tempat cahaya masuk menerangi kedua dinding batu itu. Mungkin Anda akan bertanya, dimana cerminnya? Ya, tidak ada. Lalu, mengapa disebut Batu Cermin.

Ada yang bilang karena dinding batu yang satu dianggap sebagai cerminan dari dinding yang satunya lagi. Tetapi, jika kita perhatikan benar-benar kedua dinding itu, ya permukaannya tidak sama. Kalau dinding yang satu dianggap pantulan/cerminan dinding yang satunya, tentu harus sama. Penjelasan itu kurang pas. Kalau karena berkas cahaya matahari yang masuk lubang di atasnya dan menyinari dinding itu, juga tidak pas. Karena cahaya itu tidak bikin dinding itu jadi seperti cermin.

Lalu, kenapa disebut Batu Cermin? Nah, nama itu didasarkan pada mitos tentang tempat itu. Konon, kedua dinding batu itu merupakan dua cermin besar bagi para bidadari, yang dalam masyarakat Manggarai disebut “Darat”. Ini sama dengan pohon-pohon besar di Pong (tempat sumber mata air) yang diyakini masyarakat Manggarai sebagai rumah/perkampungan Darat. Bunyi gendang dan gong bagi Darat merupakan bunyi guntur dan halilintar. Begitu keyakinan masyarakat Manggarai.

Menurut mitos, di setiap bulan purnama para bidadari (Darat) berkumpul di Batu Cermin ini untuk suatu ritual tolak bala. Ritual ini berpusat di Batu Penis (Penis Stone) yang terletak di luar gua. Batu Penis ini merupakan simbol dari nafsu, amarah, angkara dan murka yang destruktif dan mendatangkan bala bencana.

Diyakini bahwa setiap tiba bulan purnama, Batu Penis akan mengeluarkan energi/aura kegilaan nafsu, amarah, angkara, dan murka yang destruktif yang memberikan efek kegilaan, perilaku buruk bersifat destruktif dari makhluk hidup, termasuk manusia, yang akan merusak keseimbangan dan keharmonisan semesta alam. Untuk mencegah terjadinya hal ini, maka di setiap tiba bulan purnama para bidadari (Darat) melakukan ritual khusus.

Di tiba senja para bidadari (Darat) berkumpul di ruangan (hall) di Gua Batu Cermin. Bergantian mereka dandan dan merias diri depan Batu Cermin. Setelah semua sudah dandan dan merias diri, mereka siap-siap untuk membawakan ritual berupa tarian/sae “Embong Wulang, Embong Watu” – meninabobokan bulan dan meninabobokan batu. Bikin Bulan tertidur, dan Batu Penis tertidur. Ketika Bulan tertidur dan Batu Penis itu tertidur, maka tidak terjadi pancaran energi /aura kegilaan nafsu, amarah, angkara, dan murka yang destruktif itu.

Tepat tiba malam, saat muncul bulan purnama, para bidadari itu keluar dari gua menuju Batu Penis dalam format Sae Embong Wulang, Embong Watu. Dalam gerak tarian yang gemulai para bidadari itu melingkari Batu Penis. Sambil menari mereka menutupi Batu Penis itu dengan kain hitam bermotif songke. Ritual tarian itu berakhir ketika seluruh Batu Penis tertutup kain. Dengan Sae Embong Wulang, Embong Watu, diyakini bahwa Batu Penis itu tertidur dan dengan dibungkus oleh kain hitam bermotif songke itu, Batu Penis itu tidak lagi dapat memancarkan energi/aura kegilaan nafsu, amarah, angkara, dan murka, sehingga tidak menimbulkan efek perilaku buruk yang destruktif bagi makhluk hidup, termasuk manusia yang dapat merusak keseimbangan dan keharmonisan semesta alam.

Demikian mitos Batu Cermin itu yang merupakan narasi Batu Cermin. Dari perspektif parawisata, mitos ini tentu bisa menambah daya tarik tempat wisata Batu Cermin jika ritual ini dipentaskan kembali di tempat wisata tersebut. Wisatawan tidak hanya melihat batu/gua itu saja, tetapi dapat membawa pulang narasi mengenai Batu Cermin itu.

Tidak hanya itu. Diyakini bahwa setiap orang, khususnya laki-laki, yang dapat menyentuh Batu Penis di Batu Cermin dengan penuh keyakinan, dapat menyerap energi keperkasaan/kejantanan dari Batu Penis tersebut, sehingga laki-laki jadi perkasa/jantan dan dapat memberikan kepuasan seksual bagi pasangannya. Cobalah!*

For Ladies, Don’t Touch This Stone

Ini peringatan untuk para turis perempuan yang mengunjungi Batu Cermin.

Top of Form

Bottom of Form
by:Cyprianus Guntur